Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen

JL. Raya Sukowati Barat No. 15 D SRAGEN, Jawa Tengah, Indonesia.

Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen

JL. Raya Sukowati Barat No. 15 D SRAGEN, Jawa Tengah, Indonesia.

Pelatihan IT

Pelatihan IT di BLC Kabupaten Sragen

Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen merupakan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Sragen di bidang perpustakaan. Pusat informasi dan Literasi Masyarakat Sragen ini terletak di JL. Raya Sukowati Barat NO. 15 SRAGEN, Jawa Tengah, Indonesia.

Pada tahun 2010, terpilih sebagai Perpustakaan Kabupaten/Kota Terbaik Pertama Se-Jawa Tengah. Telp. 02171 892721 Email perpustakaansragen@gmail.com. NOMOR POKOK PERPUSTAKAAN 33143E1014753.

Mari, Bersama Perpustakaan Kita Cerdaskan Bangsa!


30 September 2010

Google: Perpustakaan Raksasa Abad Ini


7 September 1998-7 September 2010. Sudah 12 tahun mesin pencari ini hadir di jagat maya dan langsung menjadi mesin pencari tiada banding. Pada Oktober 2004, Google meluncurkan bagian pertama “Google Print” sebagai projek yang ditujukan untuk kepentingan publikasi penerbit atas buku terbitannya kepada pengguna internet dengan bisa mengintip contoh-contoh halaman buku terbitan mereka. Disusul pada Desember, Google kembali meluncurkan bagian kedua “Google Print” yang merupakan projek bagi perpustakaan-perpustakaan untuk membangun sebuah perpustakaan digital dunia. Ambisi yang mesti dihormati. Dan dunia pun terkagum dengannya. Selamat ulang tahun, Profesor Google. (Redaksi)

Oleh Diana AV Sasa
Namaku Google. Karena aku tinggal di negeri Paman Sam, panggil saja aku dengan Uncle Google. Tinggalku di dunia maya, tepatnya di alamat www.google.com. Rumahku adalah sebuah “Perpustakaan” sederhana. Ada tulisan ‘G-o-o-g-l-e’ besar-besar di depannya. Tulisan itu berubah-ubah sesuai tema hari. Jika valentine warnanya pink penuh bunga-bunga. Saat Halloween huruf ‘o’ nya berubah menjadi labu. Ketika natal ada lonceng dan lampu kecil bergelantungan di hurufnya. Dan banyak variasi di hari lainnya. Perubahan ini menunjukkan bahwa penghuni rumah ini selalu ceria dan inovatif.

28 September 2010

LOMBA MENULIS CERITA FILM TINGKAT KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2010



Syarat dan Ketentuan

1. Peserta Lomba adalah siswa-siswi di Kabupaten Sragen.
1. Untuk SD/MI                            : Siswa kelas IV, V, dan VI SD Negeri dan Swasta
2. Untuk SMP/MTS                      : Siswa kelas I , II, dan III Negeri/Swasta.
3. Untuk SMA/MA/SMK             : Siswa kelas I , II, dan III Negeri/Swasta.

LOMBA MENDONGENG TINGKAT KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2010


Syarat dan Ketentuan

1. Peserta Lomba adalah siswa-siswi di Kabupaten Sragen.
1. Untuk SD/MI                            : Siswa /siswi kelas IV dan  V Negeri dan Swasta
2. Untuk SMP/MTS                      : Siswa/siswi  kelas I dan  II  Negeri/Swasta.
3. Untuk SMA/MA/SMK             : Siswa/siswi  kelas I dan  II Negeri/Swasta.

Refleksi Hari Hak untuk Tahu, 28 September 2010 Membangun Pilar Good Governance

Oleh Abdul Rahman Ma'mun

MASIH ingatkah Anda tentang rencana Ketua DPR Marzuki Alie untuk menerapkan penggunaan finger print guna mencatat kehadiran para anggota dewan? Rencana saat ini, entah bagaimana realisasinya itu, dipicu oleh beredarnya daftar ketidakhadiran para anggota dewan dalam rapat-rapat yang menjadi salah satu tugas pokok mereka.

Soal bagaimana data itu beredar, tentu tak lepas dari praktik keterbukaan informasi publik yang kini dilaksanakan sekretariat jenderal DPR sebagai bagian dari implementasi peraturan DPR tentang keterbukaan informasi publik di lingkungan DPR.

27 September 2010

Perpustakaan Gelar Bintek Otomasi Angkatan ke-2


Kantor Perpustakaan Daerah  Kabupaten Sragen kembali menggelar Bintek (Bimbingan Teknis) Otomasi Perpustakaan pada tanggal 25 September 2010. Bintek ini merupakan angkatan yang ke-2 dan diikuti oleh enam orang peserta.
Mereka adalah Purwadi (SD N Ngrombo 1, Tangen),  Yuni Astuti (SD N Jenar 1),  Taufik Andy Rusdianto (SD Ngarum 1), dan Sri Lestari (SD N Kedawung 1, Mondokan) yang masih berstatus Mahasiswa/Mahasiswi D-2 Perpustakaan UT. Selain itu  ada dua orang peserta dari MAN 1 Sragen  yaitu Tri Wijayanto, S.Pd dan Siti Masruroh, S.Pd.




Membumikan Jurnalisme Investigasi

Oleh : Moh. Samsul Arifin
LITERATUR soal jurnalisme investigasi? Olala...pada sejumlah buku, kita kerap gagal mengunyah lantaran sejumlah penulis kelewat terpaku pada penjelasan teoretis yang melelahkan. Penulis juga acap terpelanting untuk menyandarkan bahasannya pada pengalaman jurnalis asing, khususnya dari Amerika Serikat yang memang karib mempraktikkannya. Alhasil, saat kita ingin menyantap jurnalisme investigasi, kita seperti dijauhkan dari halaman rumah sendiri. Jadinya, kita semakin asing dengan sesuatu yang seyogianya kita ''gauli'' secara intens.

Padahal, begitu banyak kiprah dan sepak terjang jurnalis tanah air yang layak ''dihidangkan'' kepada khalayak. Ada banyak kisah bagaimana jurnalis Indonesia tekun menggunakan teknik investagi dalam peliputan sehingga menghasilkan laporan-laporan jurnalistik yang dalam lagi menyingkap tabir di balik gelap pembunuhan, korupsi, hingga bisnis minyak ilegal dan perampokan di sektor pajak.

Janji dan Mimpi Perpustakaan Maya

  Oleh : Mohammad Fauzi




TEKNOLOGI hampir selalu membawa janji dan mimpi. Datangnya teknologi internet telah memperkukuh janji dan mimpi teknologi pada salah satu pilar dunia akademik, yaitu perpustakaan. Perkembangan teknologi informasi yang pesat mengarahkan perpustakaan konvesional menjadi perpustakaan maya (online library). Perpustakaan maya memberikan janji dan mimpi kemudahan, kecepatan, keterjangkauan, kemurahan, fleksibilitas, serta kemampuan mengatasi ruang dan waktu.

Pada 1945 atau 30 tahun sebelum penemuan PC (personal computer) dan 50 tahun sebelum lahirnya world wide web, Dr Vannevar Bush dalam salah satu esainya yang terkenal As We May Think memimpikan sebuah desktop personal yang akan mengambil alih semua perpustakaan. Dalam impian yang dia sebut Memex, Bush membayangkan sebuah keyboard dan layar yang memungkinkan penggunanya untuk menghadirkan ilmu pengetahuan umat manusia yang terkumpul menjadi satu. Bush membayangkan sebuah mesin yang akan mencatat lompatan-lompatan individu inspiratif melalui teks yang menjadikan peneliti mengatasi limpahan ilmu pengetahuan. Dalam Libraries of the Future (1965) yang terpengaruh pemikiran Bush, Douglas Engelbart, penemu mouse komputer, dan J.C.R. Licklider membayangkan perpustakaan digital yang dihubungkan dengan sebuah jaringan agar dapat diakses oleh para pengguna yang berlipat ganda.

23 September 2010

Akuntabilitas Studi Banding Dewan

Oleh : Adnan Topan Husodo
BELUM usai kontroversi pembangunan gedung baru yang rencananya menelan anggaran Rp 1,6 triliun, anggota dewan yang terhormat kembali membuat kejutan dengan agenda kunjungan kerja ke luar negeri. Agenda ini terkuak oleh publik ketika Panja RUU Pramuka Komisi X berencana melawat ke Afrika Selatan, Korea Selatan, dan Jepang.

Merujuk pada data yang dilansir Indonesia Budget Center (2010), total anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan studi banding ke luar negeri mencapai 162,9 miliar. Rinciannya, total anggaran kunjungan kerja terbagi ke dalam empat tupoksi dewan, yakni fungsi legislasi (Rp 73,4 miliar), kemudian fungsi pengawasan (Rp 45,9 miliar). Selanjutnya, fungsi anggaran (Rp 2,026 miliar) dan yang terakhir, fungsi membangun kerja sama internasional dan fungsi lain (Rp 41,4 miliar). Ini berarti, untuk semua pelaksanaan fungsi dan tugas pokok anggota dewan, terdapat komponen kunjungan ke luar negeri.

Rumitnya Pembatasan BBM


Namun, yang pasti, apa pun keputusan final nanti, kita berharap itu adalah solusi terbaik dalam menyelamatkan negeri ini. Jangan sampai anggaran puluhan triliun jatuh sia-sia kepada pihak yang tidak selayaknya menerima subsidi tersebut. Sudah cukup uang negara yang dihambur-hamburkan untuk kepentingan golongan elite saja.

20 September 2010

Mewaspadai ''The Silent Killer''

Oleh : Djoko Pitono

Health is not valued till sickness comes (Kesehatan tidak dihargai hingga sakit datang).

Pengarang Inggris Thomas Fuller (1608-1661)

Seorang jurnalis sebuah harian nasional di Kalimantan tiba-tiba meninggal dunia pada Juli 2010. Laporan-laporan awal menyebutkan, ada kemungkinan jurnalis itu dibunuh. Namun, kemudian polisi memastikan bahwa jurnalis berinisial S itu meninggal karena hipertensi.

''Dari fungsi organ dalam ditemukan pecah pembuluh darah otak atau di kepala bagian belakang akibat tekanan darah tinggi atau hipertensi,'' kata Kapolres Balikpapan AKBP Aji Rafik.

Dalam waktu yang tak terpaut jauh sebelumnya di Mojokerto, seorang jurnalis lain meninggal dunia setelah mengalami gagal ginjal akibat penyakit darah tinggi alias hipertensi yang diidapnya. Sang jurnalis tersebut baru berusia 44 tahun.

Kematian akibat penyakit hipertensi memang sering datang tiba-tiba. Sebagian kalangan pun menyebutnya sebagai The Silent Killer, ''pembunuh diam-diam''. Gejalanya sering tidak tampak dan penderitanya sering pula tidak merasa kesakitan sebelumnya. Sebab, banyak penderita hipertensi yang menyepelekannya.

Tentara Dilarang Menulis


Oleh Abdul Walid*

Bila Anda bercita-cita menjadi tentara, jangan berharap bisa menulis opini dengan kritis! Bila ingin menulis, menulislah sesuai dengan kemauan atasan! Tapi, jangan anggap itu adalah tindakan pecundang!

Ungkapan tersebut bukanlah sebuah jargon di kalangan militer kita. Kalimat itu juga bukan ancaman bagi tentara yang ingin menjadi penulis. Ia juga tidak termuat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM). Pun, tidak ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia. Tapi, itulah kenyataan yang dialami Adjie Suradji, prajurit aktif TNI berpangkat kolonel. Karena menulis di salah satu koran nasional bernada kritik terhadap kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dia terancam sanksi. Goresan penanya yang berumbul Pemimpin, Keberanian, dan Perubahan dianggap melanggar disiplin dan kode etik perwira karena menyudutkan Presiden SBY selaku atasannya di TNI (walaupun apa yang ditulisnya adalah kenyataan).

Limbungnya Raksasa Keuangan Dunia

Oleh : Mohammad Eri Irawan

September adalah titian panas bagi industri keuangan dunia. Tepat dua tahun silam, bank investasi terbesar keempat di Amerika Serikat dengan sejarah 158 tahun, Lehman Brothers, limbung pada 15 September 2008.

Rangkaian kecemasan ekonomi 2008 yang dimulai dari krisis kredit perumahan kelas dua (subprime mortgage) lewat kreditor nonbank itu benar-benar membuat seluruh kolong langit mencekam. Kerugian mencapai triliunan dolar. Interkoneksi ekonomi yang rapat membuat pagebluk menjalar secepat kilat. Seluruh jagat lintang-pukang menjaga perekonomiannya.

Di Indonesia, limbungnya Lehman membuat kepanikan membuncah. Rupiah limbung, saham terserimpung. Indeks harga saham gabungan (IHSG) terjun bebas hingga kisaran 1.100. Otoritas bursa bahkan menghentikan perdagangan pada 8-10 Oktober 2008 untuk menghindari keterpurukan lebih dalam. Valuasi saham di Indonesia susut hingga menyamai kondisi 2001-2002, yaitu sekitar 6 kali price earning ratio (PER). Cadangan devisa kita tergerus dari USD 60,6 miliar menjadi USD 51,6 miliar hanya dalam waktu lima bulan sejak Juli-Desember 2008.

16 September 2010

Karakter Fithrah

Bagi kebanyakan muslim di Indonesia, berakhirnya Ramadan adalah kesedihan. Bagi orang beriman, kesedihan dapat bermakna ganda; yaitu hilangnya kesempatan untuk memperbaiki sikap jiwa, serta berharap dapat menemui kembali elan suci Ramadan di tahun mendatang. Tetapi, kesedihan Ramadan juga akan terus berlangsung jika pemaknaan terhadap nilai-nilai puasa berhenti hanya di bulan Ramadan. Jika ini yang terjadi, patut dipertanyakan nilai-nilai kesucian yang sesungguhnya ada dan terbenam di hati setiap manusia.

Secara simbolis, akhir Ramadan selalu diakhiri dengan perayaan Idul Fitri. Ditandai dengan kesadaran kita untuk saling membuka diri, memberi sekaligus meminta maaf, membuka kembali keran-keran saluran komunikasi yang selama ini terhambat, baik sengaja maupun tidak disengaja, maka makna simbolik idul fitri (kembali kepada kemanusiaan) ini patut dipertahankan dalam sebelas bulan lainnya dalam bentuk bangunan relasi yang lebih kuat dan beradab. Dapat dibayangkan jika tradisi memberi dan meminta maaf dan simbol kefitrian lainnya terus berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan kita. Proses pembelajaran pun pastilah membekas sangat dalam di lubuk hati anak-anak kita.

Negara dan Diskursus Gagal

 
Pada 2005, National Intelligence Council (NIC) lewat laporan Rising Powers: The Changing Geopolitical Landscape 2020 meramalkan Indonesia pada 2020 secara geopolitik bersama China dan India akan menjadi negara yang berpengaruh di dunia. China dan India sudah membuktikan prediksi itu. Namun, bagaimana dengan Indonesia? Rupanya sampai 65 tahun merdeka kita masih 'bersibuk ria' dengan berbagai persoalan internal.

Bangsa Kelelawar

Oleh :M Bashori Muchsin

NEGARA tak akan pernah bubar, sepanjang mereka yang diberi amanat tidak berlomba menyalahgunakannya," demikian pesan yang diadaptasikan secara hermeneuitika dari filsuf muslim kenamaan Ibnu Khaldun, yang mengkritik akar masalah potensi kehancuran dan bubarnya negara akibat perilaku elitenya yang sibuk berlomba memasung dan membusukkan nilai-nilai amanat.

Kritik tersebut, jika dipahami dari esensi filosofisnya, tidaklah sederhana mengingat yang disampaikan menyangkut dua aspek yang saling memengaruhi. Di satu sisi, ada aspek perbuatan manusia yang berupa pengabaikan dan bahkan penguburan amanat, sementara di sisi lain, terdapat pertaruhan yang sangat besar yang menempatkan negara sebagai objeknya. Keperkasaan negara tak akan bisa bertahan lama misalnya, manakala semakin banyak elemen strategisnya yang gagal menunjukkan dirinya sebagai pejuang.

15 September 2010

'Tragedi'' Open House Istana

Oleh: Ardi Winangun*

Keinginan Joni Malela untuk berjabat tangan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak akan pernah kesampaian. Sebab, ketika dirinya antre untuk bisa bersilaturahmi dengan SBY dalam open house Idul Fitri 1431 H di Istana, ajal menjemput dirinya sebelum keinginan itu tercapai.

Open house kali ini sebenarnya oleh Joni Malela dan ribuan orang lain merupakan kesempatan yang ditunggu-tunggu. Sebab, mereka akan bisa bertemu langsung dengan presiden. Entah apa alasannya Joni Malela dan peserta open house lainnya rela berduyun-duyun datang ke istana untuk ikut antre, apakah hanya ingin berjabat tangan langsung dengan presiden, sekadar ingin masuk Istana, ingin curhat, atau entah motif-motif lain, yang penting mereka senang bila diberi ruang untuk bertemu dengan presiden.

Provokasi Pembakaran Al Quran

Oleh Rohman Al Bantani

DI tengah perayaan Hari Raya Idul Fitri tahun ini, umat Islam mendapat ujian kesabaran cukup berat. Seorang warga Amerika yang mengatasnamakan umat Kristen, Dr Terry Jones, aktivis Dove World Outreach Center, melalui situs internet dan jejaring sosial mengajak seluruh umat kristiani sedunia untuk membakar Alquran pada 11 September 2010 nanti atau tepat pada hari kedua umat Islam merayakan Hari Raya Idul Fitri.

Bernaung dalam kampanye September 11th International Burn a Koran Day, Terry menuduh umat Islam secara keseluruhan dan syariat yang diyakini oleh umat Islam berperan dalam aksi teror terhadap World Trade Center pada 11 September 2001 yang lalu. (Kompas, 20 Agustus 2010). Sebagai seorang pastor senior, ajakan Terry Jones yang disiarkan dalam blog Dove World Outreach Center jelas akan memiliki dampak luas, paling tidak di Amerika Serikat yang sentimen terhadap Islam-nya masih demikian tinggi. Buktinya, sejak pertama digulirkan sampai tulisan ini dibuat, kurang lebih 5.500 aktivis jejaring sosial Facebook sudah menyatakan "kesukaan"-nya pada ajakan tersebut.

07 September 2010

Ssssstttt, Ada Layanan Hotspot Di Perpustakaan !

Kabar gembira bagi masyarakat Sragen, terhitung mulai hari ini tanggal 7 September 2010 layanan hotspot sudah bisa dinikmati di Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen JL. Pemuda No. 1 Sragen. Layanan ini terwujud berkat kerjasama  antara Kantor Perpustakaan dan Kantor Pusat Data Elektronik Kabupaten Sragen.

Kenapa Malaysia Arogan, Kenapa Kita Loyo

Oleh : AS Laksana
INGATAN terkuat saya mengenai Malaysia adalah fakta lucu yang tertanam di benak tentang bagaimana penyair mereka membaca puisi. Dalam pembicaraan berdua dengan Sapardi Djoko Damono saat kami pulang dari sebuah acara, dia bilang, ''Penyair Malaysia itu ajaib sekali, Lak. Pernah ada satu acara, mereka membaca puisi secara play back.''

Saya membayangkan mereka membaca puisi seperti dua remaja Bandung yang bergaya seolah-olah sedang menyanyikan lagu Keong Racun. Jadi, mereka merekam dulu pembacaan puisi mereka. Ketika acara tiba, mereka tinggal naik ke panggung, mulut mereka berkecumik, dan tangan mereka bergerak-gerak seperti berdeklamasi.

Reaktualisasi UU Karya Cetak & Karya Rekam**

Oleh Romi Febriyanto Saputro*

Bangsa kita terkenal sangat pandai dalam membikin suatu peraturan ataupun undang-undang. Namun, ironisnya bangsa tercinta ini juga sangat pandai dalam  melalaikan dan mengingkari isi suatu perundang-undangan. Hal ini antara lain terjadi pada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1990. Undang-undang yang mengatur  tentang serah-simpan karya cetak dan karya rekam ini banyak mengalami hambatan dalam pelaksanaannya.
Dalam Rapat Koordinasi Evaluasi Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1990  yang diselenggarakan oleh Perpusda Jateng  pada tanggal 30 November 2006 terungkap bahwa undang-undang yang mengatur mengenai serah simpan karya cetak dan karya rekam ini belum berfungsi optimal. Perpustakaan Daerah Jawa Tengah sebagai institusi pemelihara baru bisa menyimpan sekitar 55 persen dari keseluruhan karya yang diterbitkan itu. UU no. 4/1990 hingga kini belum dilaksanakan sepenuhnya oleh penerbit dan pengusaha rekaman,  swasta maupun pemerintah di Jawa Tengah. 

06 September 2010

Negara di Tengah Momok Globalisasi

Oleh : I Wibowo

JUDUL buku ini amat provokatif: Negara Centeng! Bagaimana eksistensi negara di tengah pusaran globalisasi menjadi fokus buku ini. Mengandalkan pendekatan struktural, analisis ekonomi dan politik ditangani bersamaan, tidak terpisah.

Negara centeng merupakan metafora yang bermakna pelindung bayaran dari sekelompok kecil saudagar, nasional, maupun global (hlm 7). Di mana kedudukan negara centeng di antara literatur tentang negara?

Arief Budiman (1996) membagi teori negara menjadi dua kelompok besar. Pertama, teori yang menekankan negara sebuah lembaga mandiri, yang punya kepentingan dan kemauan sendiri. Kedua, teori yang mengatakan negara bukan lembaga mandiri. Negara hanya arena bagi kekuatan-kekuatan sosial bertarung untuk saling menguasai.

Andai Saya Manajer Toko Buku

Oleh : An. Ismato
ANDAI menjadi manajer sebuah toko buku yang agak besar, saya akan bergidik ngeri membayangkan prospek perbukuan ke depan. Rak-rak di toko saya terancam tetap penuh buku dalam waktu yang panjang. Perkembangan teknologi memungkinkan konsumen membeli dan membaca buku tanpa harus melangkahkan kaki ke toko buku. Bahkan, sekarang orang mulai bisa membaca novel di layar telepon genggam.

Mungkin masih ada beberapa orang yang akan berkunjung ke toko saya. Namun, mereka hanya akan membuka-buka buku secara sekilas. Satu atau dua buku akan menarik perhatian mereka. Tapi, setelah melihat label harga, mereka akan meletakkan lagi buku itu di rak. Kemudian, mereka bakal pulang dan memesan buku yang mereka inginkan tersebut lewat internet. Sebab, mereka menganggap harganya lebih murah daripada yang ditawarkan toko.

Bukan Sebuah Mimpi Buruk

Oleh : Lan Fang

SELAMA pesantren-pesantren kecil di kampung dengan kiai-kiainya yang bersahaja itu masih ada dan terus berkiprah di tengah masyarakat, rasanya NU akan baik-baik saja. Rasanya tak akan terjadi apa-apa dengan NU. Menurut saya, merekalah yang selama ini mempertahankan dan menjaga kehormatan NU. Merekalah yang selama ini menjalankan peran NU sebagai organisasi sosial kemasyarakatan yang sebenarnya, justru ketika para petingginya sibuk menjadi selebritis, sibuk berebut jabatan dan proyek, sibuk menjajakan NU sebagai komoditas politik dan ekonomi, sibuk menjadi broker, jurkam, atau tim sukses.

Paragraf di atas adalah kutipan esai Acep Zamzam Noor, salah seorang di antara 15 penulis yang termaktub dalam buku Dari Kiai Kampung ke NU Miring. Selain Acep Zamzam Noor (putra Kiai Ilyas Ruchiyat (alm), salah seorang deklator PKB dari Pesantren Cipasung, Tasikmalaya), penulis lain adalah Mujtaba Hamdi, Riadi Ngasiran, Soffa Ihsan, Anggi Ahmad Haryono, Eyik Musta'in Romly, Sahlul Fuad, M. Arief Hidayat, M. Faizi, Ahmad Syubbanuddin Alwy, Saprillah, Syaiful Arif, Mashuri, Surahno, dan Binhad Nurrohmat.

04 September 2010

Mewujudkan Visi Kerakyatan Undang-Undang Perpustakaan


Oleh Romi Febriyanto Saputro*
Tiga tahun yang lalu, tepatnya tanggal 23 Januari 2007, Dewan Perwakilan Rakyat secara resmi mengesahkan RUU Perpustakaan menjadi Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. Ironisnya, saat ini kondisi perpustakaan di tanah air belum banyak mengalami perubahan. Padahal, undang-undang ini memiliki visi kerakyatan yang cukup kuat. Visi untuk memberdayakan rakyat melalui perpustakaan.
Visi kerakyatan ini tampak dari cara undang-undang ini mendefiniskan perpustakaan. Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.

02 September 2010

RI Perlu Belajar dari Korsel


Oleh Kacung Marijan

SERUAN agar Indonesia bersikap keras dalam menghadapi Malaysia belakangan semakin kuat, khususnya setelah mengetahui komentar perdana menteri Malaysia yang bernada ''mengancam''. Bahkan, ada yang menyerukan agar Indonesia memutus hubungan diplomatik. Masalahnya, apakah perselisihan itu harus diselesaikan melalui jalur ancam-mengancam atau sampai melakukan kekerasan?

Untuk ini, ada baiknya kita belajar dari Korea Selatan (Korsel) dalam menghadapi Jepang. Dua negara tetangga itu juga tidak luput dari ketegangan-ketegangan sebagaimana Indonesia dan Malaysia. Jepang pernah menduduki wilayah Korea pada 1910-1945. Itu merupakan kurun waktu penindasan bangsa Jepang terhadap bangsa Korea. Khususnya pada tahun-tahun pengujung pendudukan, banyak perempuan Korea yang dijadikan budak nafsu tentara Jepang.

01 September 2010

Problem Tapal Batas Indonesia-Malaysia


Oleh Saru Arifin

TENSI hubungan Indonesia-Malaysia yang terekam media menunjukkan perkembangan yang semakin buruk. Setidaknya, hal itu dipicu pernyataan Menlu Malaysia yang menolak meminta maaf atas insiden penangkapan petugas DKP beberapa minggu lalu. Sikap Menlu Malaysia tersebut dipersepsikan oleh publik Indonesia sebagai suatu arogansi yang bersifat menantang. Karena itu, hal tersebut malah memicu timbulnya berbagai reaksi masyarakat dalam bentuk demonstrasi maupun kampanye sentimen negatif terhadap negeri jiran itu.

Jika dirunut berdasar sejarah atau konteks sosial ekonomi yang dikenal dengan istilah Malindo, tampaknya hubungan Indonesia-Malaysia selalu mengalami pasang-surut, bahkan cenderung tidak menemukan fase yang harmonis sebagai bangsa serumpun. Empat prinsip dalam hubungan bertetangga, yakni saling mengambil manfaat (mutual benefit), saling menjunjung pengertian (mutual understanding), saling menghormati (mutual respect), dan bertetangga dengan baik (good neighboring countries/neighborhood), tidak lagi berjalan efektif.